Sabtu, 18 April 2009

STUDI KASUS

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sebagai salah satu sarana pembelajaran dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa, sekaligus menjadi tempat yang menyenangkan dan mengasyikkan. Meski hasilnya tidak dapat dirasakan dengan segera, mengelola dan mengembangkan perpustakaan sama halnya dengan human investment dan memperkuat modal sosial. Dengan memposisikan institusi dan sumber pembelajaran maka kekuatan untuk mencapai posisi strategis dan berkompetisi semakin besar (Kompas, 15 Mei 2002). Pendapat ini didukung oleh Fuad Hassan (2004) yang mengatakan bahwa perpustakaan adalah pusat pembelajaran (learning center) yang berfungsi sebagai agen perubahan sosial yang meningkatkan kualitas kehidupan dengan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat.

Hal ini diperjelas dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 10-13 yang menegaskan bahwa satuan pendidikan nasional adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Perpustakaan, dalam hal ini perpustakaan perguruan tinggi adalah suatu institusi yang melekat pada jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di universitas, akademi, maupun sekolah tinggi lainnya. Line mengatakan bahwa sebuah universitas yang baik tidak hanya dilihat dari seberapa banyak jumlah peneliti dan kaum intelektualnya; seberapa besar jumlah departemen yang memiliki reputasi nasional dan internasional, tetapi juga dilihat dari perlengkapan dan fasilitas yang dimiliki termasuk labolatorium yang lengkap dan sebuah perpustakaan yang baik (1990:15). Pandangan ini dipertegas kembali oleh Hardesty yang menyatakan bahwa perpustakaan merupakan jantung dari sebuah universitas. Semua universitas yang bereputasi tinggi biasanya memiliki investasi sumber daya pengetahuan yang tinggi (1991:1).

Dalam Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 1990 tentang pendidikan tinggi, pembahasan mengenai perpustakaan dimuat dalam Pasal 27 Butir 7 Angka 10; Pasal 34 Ayat 2; Pasal 55 Ayat 1; Pasal 69 Ayat 1; Pasal 82 Ayat 1; Pasal 95 Ayat 1, yang pada dasarnya menyatakan bahwa perpustakaan ialah unsur penunjang yang perlu ada pada semua bentuk perguruan tinggi, mulai dari universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi (Septiyantono, 2003: 11). Bagi suatu perguruan tinggi perpustakaan merupakan sarana yang penting bagi setiap program pendidikan dan pengajaran maupun penelitian. Tanpa perpustakaan yang baik, mustahil perguruan tinggi dapat menjalankan fungsinya. Koleksi yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan pengguna. Oleh karena itu pustakawan perguruan tinggi wajib mengetahui semua program studi yang dilaksanakan baik pada tingkat jurusan, fakultas serta jenjang pendidikan yang diselenggarakan baik diploma, sarjana, magister, doktor dan yang memiliki kebutuhan informasi berbeda (Perpustakaan Nasional RI, 1998:1).

Dalam Buku Pedoman Umum Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dijelaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi yang merupakan unit penunjang perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai tujuannya. Pengertian perpustakaan perguruan tinggi adalah unit-unit perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi baik perpustakaan departemen, fakultas, hingga universitas (Perpustakaan Nasional RI, 1998: 4).
Menurut Septiyantono, tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

1. Memenuhi keperluan informasi pengajar dan mahasiswa.
2. Menyediakan bahan literatur rujukan pada semua tingkat akademis.
3. Menyediakan jasa peminjaman serta jasa informasi aktif bagi pemakai (2003: 11).

Perpustakaan perguruan tinggi berfungsi untuk menyediakan informasi yang diperlukan oleh lembaga induknya untuk mendukung kegiatan riset dan dan akademik (Nera, 1993:2). Kualitas pendidikan dan riset di lembaga perguruan tinggi bergantung antara lain pada kemampuan perpustakaannya (Roesma, 1992:1). Sementara itu, Fowler mengatakan bahwa perpustakaan adalah institusi pembelajaran yang melahirkan inovasi-inovasi. Oleh karena itu, perpustakaan haruslah bersifat proaktif dengan terus meningkatkan kualitas dan efisiensinya karena tantangan pada tingkat perguruan tinggi adalah kompetisi (1998: 223).

Akan tetapi banyaknya jumlah koleksi sebuah perpustakaan perguruan tinggi bukan menjadi tolak ukur yang paling utama bagi idealnya sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Dalam hal ini Ratcliffe membedakan large library dan great library. Bagi Ratcliffe perpustakaan yang memiliki jumlah koleksi yang besar (large library) bukan faktor yang menentukan dalam hal pemanfaatan koleksi perpustakaan. Besarnya nilai koleksi perpustakaan (great library) dalam artian koleksi memiliki relevansi dengan kebutuhan pengguna adalah faktor utama yang akan menentukan tingkat pemanfaatan koleksi oleh sivitas akademika (1980:7). Kriteria yang paling fundamental bagi perpustakaan perguruan tinggi adalah koleksi memenuhi kebutuhan informasi primer penggunanya (ALA, 1990). Relevansi koleksi dengan kebutuhan informasi di lingkungan perguruan tinggi adalah sebuah desain konseptual yang mengarah pada terbentuknya koleksi inti (core collection). Oleh karena itu, perpustakaan harus memahami kebutuhan informasi sivitas akademika, yakni bahan literatur apa yang secara faktual dibaca (in fact read) dan apa yang seharusnya dibaca (ought to read) (Saunders, 1983: 10).

Kajian mengenai pemanfaatan koleksi dapat diarahkan pada dua hal, yang pertama adalah evaluasi pengguna perpustakaan sedangkan yang kedua adalah evaluasi koleksi itu sendiri. Mengenai hal ini, Tanner mengatakan bahwa evaluasi koleksi dapat bersifat client-centred (berorientasi kepada pengguna) berdasarkan tingkat pemanfaatan dan collection-centred (berorientasi pada koleksi) berdasarkan koleksi aktual. User-centred mencakup metode kajian sirkulasi, analisis sitasi, penggunan koleksi dalam ruangan, dan survai pengguna, sedangkan collection-centred meliputi metode penggunaan standar dan analisis statistik (1995:17). Akan tetapi, sebaiknya penilaian terhadap koleksi menggunakan kombinasi teknik yang beorientasi pada pemakai (client-centered technique) dan teknik yang berorientasi pada koleksi (collection-centered technique) agar hasilnya lebih akurat (IFLA, 2001: 4).

Dalam sebuah perguruan tinggi, perpustakaan fakultas didesain untuk untuk memperluas layanan perpustakaan universitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlunya perpustakaan fakultas antara lain adalah misi dari lembaga induk, faktor geografi kampus, kondisi finansial, harapan pengguna, dan tuntutan eksternal lainnya. Pada saat yang bersamaan, perpustakaan fakultas harus terintegrasi dalam perpustakaan pusat universitas dalam melayani komunitas akademik. Perpustakaan fakultas tidak perlu memiliki jenis layanan yang sama, akan tetapi harus memiliki standar layanan yang sama dengan perpustakaan pusat universitas (ALA, 1990).

Salah satu tugas Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI adalah menyediakan bahan literatur, fasilitas penggunaan literatur serta akses ke perpustakaan lain melalui fasilitas teknologi informasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar mahasiswa di lingkungan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI khususnya untuk bidang Linguistik. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang sebelumnya bernama Fakultas Sastra sejak awal didirikan untuk mengakomodasi program-program kebahasaan. Meskipun dalam perjalanannya muncul program-program baru seperti Ilmu Perpustakaan dan Filsafat, kajian Linguistik tetap menjadi spesialisasi program pendidikan di lingkungan FIB. Kondisi ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap kualitas koleksi bidang Linguistik di Perpustakaan FIB. Mengingat pentingnya penting kualitas koleksi perpustakaan dalam mempengaruhi kegiatan akademik yang sedang berjalan, maka perlu dilakukan suatu tinjauan koleksi bidang Linguistik
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah sulitnya memperkirakan kondisi koleksi buku di tiap-tiap perpustakaan. Walaupun dapat diketahui kekuatan dan kelemahan koleksi suatu perpustakaan, pandangan tersebut masih bersifat subjektif. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan evaluasi koleksi yang terus menerus. Evaluasi adalah tahap akhir dalam suatu kegiatan menajemen yang memiliki peran vital dalam menentukan berhasil atau tidaknya sistem yang telah diterapkan. Oleh karena itu, evaluasi koleksi sangat penting dalam suatu perpustakaan guna mengetahui kekuatan yang ditandai dengan kedalaman, keluasan, dan kelengkapan koleksi buku sekaligus untuk mengetahui kelemahan koleksi buku.

Salah satu metode evaluasi koleksi adalah conspectus, yakni sebuah metode evaluasi dengan memberikan penilaian koleksi berdasarkan area subjek. Masing-masing area subjek menggambarkan informasi mengenai alasan untuk penyimpanan koleksi sekaligus menjadi sebuah deskripsi koleksi yang ada (Matheson, 2004).

Metode conspectus merepresentasikan sebuah proses penilaian koleksi sebagai bagian dari rangkaian kegiatan manajemen perpustakaan khususnya yang terkait dengan alokasi pengadaan bahan perpustakaan. Cakupan yang bisa diperoleh dengan metode ini antara lain, penyusunan kebijakan pengembangan koleksi, alokasi ruang penyimpanan, penentuan prioritas preservasi, alokasi staf, efisiensi anggaran, akreditasi, penerapan prioritas pengolahan, serta untuk pembuatan proposal pendanaan (Ferguson, 1987: 23). Peran metode conspectus dalam evaluasi koleksi adalah memacu efektivitas fungsi perpustakaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode conspectus adalah salah satu pendekatan dalam evaluasi koleksi;
2. Evaluasi koleksi adalah salah satu unsur dalam kebijakan pengembangan koleksi;
3. Kebijakan pengembangan koleksi adalah panduan yang mengarahkan fungsi perpustakaan agar koleksinya sesuai dengan misinya serta kebutuhan informasi penggunanya. (IFLA, 2001: 1-3).

Richard Wood menjelaskan bahwa dalam metode conspectus, evaluasi dilakukan dengan menggunakan lembar kerja (worksheet) dengan kolom yang berisi daftar deskriptor subjek yang menggunakan skema klasifikasi, misalnya Library of Congress Subject Heading (LCSH) untuk subjek yang lebih spesifik. Kolom tambahan pada lembar kerja berisi penilaian kekuatan koleksi dan intensitas koleksi dengan menggunakan skala penilaian. Pada beberapa perpustakaan menyertakan kekuatan koleksi yang diharapkan (desired collection strength). Beberapa tahapan penerapan metode ini adalah pengecekan bibliografi, menghitung jumlah daftar judul, wawancara dengan staf pengajar tentang isi koleksi dan tingkat koleksi yang diharapkan, survei pengguna, analisis sirkulasi, dan data statistik lainnya (Wood, 1992 :2-3). Dalam aplikasi penelitian ini, penulis menggunakan Western Library Network (WLN) Conspectus Manual di mana tahap-tahap penelitian meliputi pencatatan jumlah judul yang disertai pengarang, tahun terbit, dan penerbit, hasil penilaian area subjek oleh evaluator luar, dan analisis kekuatan dan kelemahan koleksi.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi koleksi Perpustakaan FIB UI bidang Linguistik Umum dengan menggunakan metode conspectus. Penelitian ini dibatasi pada koleksi buku karena koleksi selain buku seperti jurnal dan sumber informasi elektronik masih terbatas dalam mendukung koleksi inti perpustakan bidang Linguistik Umum sehingga penilaian dengan menggunakan metode conspectus tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, disiplin ilmu Linguistik diuraikan berdasarkan standar klasifikasi Dewey berada pada kelas 410-419. Bidang Linguistik dijadikan sebagai objek penelitian oleh karena sifatnya yang lebih umum sehingga memudahkan untuk dasar perbandingan dengan perguruan tinggi lain dalam analisis kekuatan dan kelemahan koleksi bidang Linguistik.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan koleksi buku bidang Linguistik di Perpustakaan FIB UI.
2. Menganalisis koleksi buku dengan metode conspectus untuk bisa dikembangkan sebagai salah satu model evaluasi koleksi perpustakaan perguruan tinggi.
3. Melakukan pemetaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi buku bidang lingustik yang dimiliki oleh perpustakaan FIB UI.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Akademik
Penelitian ini dilakukan untuk memperkaya khasanah Ilmu Perpustakaan khususnya yang terkait dengan penggunaan metode yang berorientasi koleksi (collection-based technique) dalam evaluasi koleksi.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dasar bagi terwujudnya standar untuk menilai kekuatan dan kelemahan koleksi buku sebagai indikator intensitas koleksi buku berdasarkan kaidah dan aturan yang berlaku secara umum.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2002: 53). Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan, gejala atau topik tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya (Koentjaraningrat, 1991: 29). Pada penelitian tipe ini mungkin sudah ada hipotesa-hipotesa, mungkin belum, bergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1991: 2).

1.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu bahwa hasil penelitian hanya menggambarkan keadaan koleksi Linguistik di Perpustakaan FIB UI, sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan.

1.7 Definisi Istilah

Acquisition Commitment (AC)adalah tingkat pertumbuhan koleksi. AC merefleksikan level aktivitas aktual mengenai sejauh mana koleksi berkembang, dan bukan level yang direkomendasikan dalam kebijakan pengembangan koleksi.

Collection Goal (CG) adalah indikasi kebutuhan informasi aktual dan kebutuhan informasi yang dapat diantisipasi berdasarkan misi, program, dan pengguna perpustakaan. Indikator pada kegiatan ini merefleksikan penambahan atau penghapusan kurikulum yang mendorong perubahan prioritas pengembangan koleksi pada perpustakaan.

Conspectus adalah seperangkat kode standar, alat, survai yang digunakan untuk memberikan penilaian koleksi secara sistematis (WLN Collection Assessment Manual 4th, 2001: 13).

Current Collection (CCL) adalah tingkat kekuatan koleksi relatif dalam suatu area subjek tertentu. Kekuatan koleksi meliputi seluruh bahan literatur dalam berbagai format, seperti monograf, jurnal, mikroform, bahan audio-visual, peta, realia, dan lain sebagainya. Termasuk juga bahan literatur yang dikatalog maupun yang tidak dikatalog koleksi khusus yang tidak disirkulasikan serta koleksi yang disirkulasikan. Penilaian CL mendeskripsikan sumber daya perpustakaan secara menyeluruh.

Current Collection Intensity (CCI) adalah keadaan koleksi aktual yang menggambarkan tingkat pertumbuhan koleksi (Griffith University Library, 1997).
Desired Collection Intensity (DCI) adalah tingkat koleksi yang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna dalam kaitannya dengan daya dukung perpustakaan untuk mengantisipasi perubahan kurikulum atau aktivitas penelitian (Griffith University Library, 1997).

Existing Collection Strength (ECS) adalah keseluruhan koleksi yang dimiliki perpustakaan dalam berbagai format, termasuk yang dikatalog dan tidak dikatalog serta yang disirkulasikan dan tidak disirkulasikan. ECS menggambarkan tingkat aktivitas pengembangan koleksi aktual dan bukan aktivitas pengoleksian yang direkomedasikan (Griffith University Library, 1997).

Evaluasi Koleksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah proses untuk menentukan kesesuaian koleksi yang dimiliki perpustakaan dengan misi perpustakaan serta kebutuhan pengguna. Informasi yang diperoleh dari aktivitas ini kemudian dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen perpustakaan (WLN Collection Assessment Manual, 1992:13).

Koleksi adalah kumpulan buku atau bahan literatur lainnya yang terdiri dari satu subjek atau lebih, atau bahan literatur yang sejenis atau lebih dari satu jenis, yang dikoleksi oleh seseorang maupun organisasi (Prytherch, 1990 :174).

Penilaian Koleksi (Collection Assessment) adalah suatu proses yang terorganisasi dan sistematis untuk menggambarkan dan menganalisis koleksi perpustakaan dengan menggunakan pengukuran kuantitatif dan kualitatif. Penilaian koleksi dilakukan berdasarkan pendekatan deskriptif mengenai informasi seputar tingkat (level) dan format suatu subjek yang tersedia. Penilaian koleksi merupakan suatu penjelasan deskriptif keluasan, usia, cakupan, bahasa, dan format koleksi. Deskripsi disajikan dalam bentuk statistik dengan indikator kode-kode (WLN
Collection Assessment Manual, 1992:13).

Perpustakaan Fakultas adalah unit perpustakaan di mana administrasi, koleksi, dan staf pengelola secara fisik terpisah dengan unit perpustakaan lain. Yang termasuk dalam perpustakaan fakultas adalah: 1) perpustakaan dengan koleksi dan layanan ditujukan untuk memenuhi satu atau dua disiplin ilmu. 2) Perpustakaan dengan koleksi dan layanan ditujukan untuk memenuhi beberapa subjek yang saling berkaitan (ALA, 1990).

Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Tujuan perguruan tinggi di Indonesia dikenal dengan Tri Dharma yakni fungsi penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Perpustakaan perguruan tinggi termasuk di dalamnya perpustakaan jurusan, bagian, fakultas, universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, maupun perpustakaan nongelar (Sulistyo-Basuki, 1991:51).

kelompok 1 :
1. Andri Arifianto
2. Abdul Ghofar
3. Riwut Eko Wulandari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAMBIL BELAJAR DENGERIN MUSIK